D-4 TGP PNJ
DEPOK ─ Terhambatnya pengadaan jenjang Diploma IV (D-4)
dalam Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) disebabkan oleh adanya moratorium dan
perencanaan peningkatan akreditasi oleh pihak Politeknik. Dua hal tersebut
hingga kini masih dalam proses penyelesaian yang tak dapat diperkirakan
waktunya.
Moratorium yang merupakan salah satu dari hambatan tersebut
terjadi dikarenakan, untuk pembukaan prodi baru, harus memiliki CP (Capai
Pembelajaran). CP adalah pernyataan dari mutu lulusan di setiap program studi. Drs.
Azhmy Fawzy Mahyddin, M.I.Kom, mantan Sekretaris Jurusan 1 Bidang Akademik TGP
menuturkan, “CP itu sudah dibuat sebenarnya. Namun, belum selesai
karena pada tahun ini masih ada angkatan (Program Studi Penerbitan) yang
memiliki kurikulum penerbitan buku, yaitu angkatan 2014. Sementara, angkatan
2015 sekarang masih ada mata kuliah penerbitan buku. Namun, hanya sedikit.
Jadi, mulai angkatan 2016, itu murni jurnalistik. Tidak ada lagi bidang
penerbitan buku.”
Penyebab lainnya adalah, jumlah
program studi yang ada di Politeknik Negeri Jakarta sudah mencapai angka 38
prodi. “Saat ini juga, Politeknik Negeri Jakarta sudah memiliki 38 program
studi. Pak Direktur dan Pudir Satu ingin meningkatkan kualitas terlebih
dahulu, bukan
kuantitas. Jadi, untuk sementara ini kami
berencana meningkatkan akreditasi program studi yang telah ada terlebih
dahulu,” jelas Dra. Wiwi Prastiwinarti, S.Si.MM., selaku Ketua Jurusan Teknik
Grafika dan Penerbitan (TGP). Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) hingga
saat ini masih bertahan dengan akreditasi B.
“Program Studi Penerbitan
(Jurnalistik) tidak cukup dalam jumlah tenga pengajarnya. Itulah sebabnya akreditasi kita turun. Jeleknya lagi, ketika kita meminta
tambahan dosen ke gedung Q, untuk jurnalistik belum ada yang melamar,” jelas Azhmy.
Sedikitnya, jumlah dosen untuk membuka
program studi baru memerlukan sekitar 12 – 18 orang sudah harus menyandang jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Sementara,
dosen Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) hanya berjumah 11 orang, yang 3 orang diantaranya adalah
non-PNS. Minimal, jumlah PNS di dalam suatu program studi adalah dua belas orang, sedangkan Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) hanya memiliki 9 dosen PNS.
PENTINGNYA JENJANG D4
Persentase lulusan jurusan
Teknik Grafika dan Penerbitan yang bekerja dalam bidangnya mencapai angka 70%.
Termasuk dengan Program Studi Penerbitan (Jurnalistik). Febri, alumni Program
Studi Penerbitan angkatan 2011, menyampaikan pengalamannya dalam mencari
pekerjaan dengan latar belakang D-3, “Alhamdulillah saya cepat dapat panggilan
interview. Setelah saya resign dari kantor yang lama, juga cepat mendapatkan
panggilan dari beberapa kantor. Meski kualifikasi di dalam lamaran rata-rata
lulusan S-1, saya apply saja. Tetapi, tetap dipanggil juga.
Saat saya resign, kantor-kantor baru yang memanggil untuk interview lebih
mempertanyakan skill daripada gelar kelulusan.”
Pendapat Febri juga dikuatkan
oleh Dimas, alumi Program Studi Penerbitan angkatan 2011, “Saya berkerja
di perusahaan swata, tidak ada yang mandang dari gelar, tapi lebih ke arah
kinerja. Kalau untuk awal masuk karena belum kenal dan belum paham pola kerja
anak Poltek, mungkin ada perbedaan antara D-3 dengan S-1. Tetapi, langsung bisa
dipatahkan kasta - kasta tersebut setelah kita sudah kerja nanti.”
Namun, semakin banyaknya
persaingan, keresahan masih dialami oleh mahasiswa - mahasiswa prodi ini,
seperti yang dikatakan oleh Siti Anisa, mahasiswa Program Studi Penerbitan
(Jurnalistik) angkatan 2015, “Menurut saya D-4 jurnalistik itu sangat
diperlukan, karena dengan pekembangan sumber daya manusia yang terus meningkat,
dan banyak juga sumber daya manusia yang berasal dari luar negeri, yang
mempunyai kemampuan khusus. Jadi, jelas Prodi Penerbitan membutuhkan D-4 untuk
memperkaya basic, agar kita dapat berkembang. Apalagi sekarang
sudah memasuki era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN, red). Kita perlu kualifikasi
yang baik untuk bersaing dengan SDM dalam maupun luar negeri.”
Sebagian besar mahasiswa Program
Studi D-3 Penerbitan (Jurnalistik) berharap dapat bekerja dalam kantor media
yang cukup bergengsi. Dalam sistem pembelajaran prodi ini pun, lebih diutamakan
praktik dibandingkan dengan teori. Artinya, sebagian besar mahasiswa Program
Studi D-3 Penerbitan (Jurnalistik) sudah mengetahui kondisi lapangan ketika
melakukan liputan atau menulis berita. “Perusahaan pada umumnya, menginginkan
pekerja dengan latar belakang S-1. Walaupun sebenarnya dalam segi wawasan, D-3
itu setara dengan S-1,” kata Drs. Zaenal Arifin, S.H., M.H., Ketua Program
Studi Penerbitan (Jurnalistik).
Walaupun seorang lulusan D-3
berhasil lolos dalam penerimaan kerja, terdapat perbedaan pendapat dengan orang
yang memiliki latar belakang S-1. Padahal, apa yang dikerjakan oleh kedua orang
tersebut setara. Sama besar dan sama banyaknya.
“Biasanya di dalam media
televisi, untuk seorang reporter adalah lulusan S-1, atau setara. Karena
seorang reporter harus memiliki intelektual. Bukan berarti, lulusan D-3 atau
SMA tidak memiliki intelektual. Walaupun dia punya wawasan dalam komunitas,
tetap saja pendidikan intelektual itu lebih lama pada jenjang S-1,” ujar Aan
Purwanto, Koordinator Liputan MNC GROUP. Aan juga menuturkan, seringkali,
lulusan Diploma III menjadi pertimbangan yang sulit bagi perusahaan yang
membuka lowongan kerja. Pada tahap penyeleksian pelamar kerja, biasanya surat
lamaran dari pelamar lulusan D-3, dikesampingkan terlebih dahulu. Jika kuota
belum juga memenuhi, baru surat lamaran beserta lampiran lulusan D-3 tersebut
akan dibaca.
Pendapat – pendapat di atas menunjukkan,
pentingnya kesamaan jenjang dalam mencari pekerjaan yang dapat terwujud dengan
pengadaan D-4, khususnya dalam Program Studi Penerbitan (Jurnalistik).
Tetapi, berbeda dengan pendapat
Azhar Mulia, sebagai Ketua Departemen Potensial Akademik dan Penalaran Himpunan
Mahasiswa Grafika Penerbitan (HMGP), “Penerbitan jurnalistik fokusnya kemana?
Kalau dibilang butuh atau tidaknya D-4, sebenarnya semua prodi butuh D-4 tapi
dilihat urgency-nya. Mana yang harus didahulukan.”
PENGAADAAN
Berbagai hambatan dalam
pengadaan jenjang D-4 tidak menyebabkan tak akan diadakannya jenjang tersebut
dalam Program Studi Penerbitan (Jurnalistik). Drs. Mohmmad Fauzy, M. Psi.,
selaku Sekretaris Jurusan 1 Bidang Akademik TGP menuturkan, “D-4 tetap akan
diadakan. Tinggal menunggu apakah moratoriumnya (CP, red) sudah
selesai atau belum. Saya pikir, minggu depan sudah dapat diselesaikan. Tetapi,
itu pun sudah harus diajukan ke DIKTI supaya diunggah. Ketentuannya, tahun 2017
besok sudah harus masuk ke pemerintah. Pada tahun 2018 semua sudah harus
selesai. Tahun 2017 data sudah harus masuk ke pemerintah. Tenaga pendidik dan
Capaian Pembelajaran itu sudah harus beres di tahun 2017, termasuk akreditasi.”
Tetapi, pengadaan jenjang D-4
dua tahun kedepan pun, bukan sebagai program lanjutan bagi alumni yang telah
menyandang gelar A.Md (Ahli Madya). Dikarenakan peraturan DIKTI (Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi) yang melarang hal tersebut. Seorang lulusan D-3,
kini hanya bisa melanjutkan jenjang D-4 ataupun dengan ekstensi (S1),
dengan masa perkuliahan minimal 3,5 tahun. Karena, dasar pembelajaran D-3
dengan D-4 atau S-1 terdapat perbedaan.(VL)
D-4 TGP PNJ |
DEPOK ─ Terhambatnya pengadaan jenjang Diploma IV (D-4)
dalam Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) disebabkan oleh adanya moratorium dan
perencanaan peningkatan akreditasi oleh pihak Politeknik. Dua hal tersebut
hingga kini masih dalam proses penyelesaian yang tak dapat diperkirakan
waktunya.
Moratorium yang merupakan salah satu dari hambatan tersebut
terjadi dikarenakan, untuk pembukaan prodi baru, harus memiliki CP (Capai
Pembelajaran). CP adalah pernyataan dari mutu lulusan di setiap program studi. Drs.
Azhmy Fawzy Mahyddin, M.I.Kom, mantan Sekretaris Jurusan 1 Bidang Akademik TGP
menuturkan, “CP itu sudah dibuat sebenarnya. Namun, belum selesai
karena pada tahun ini masih ada angkatan (Program Studi Penerbitan) yang
memiliki kurikulum penerbitan buku, yaitu angkatan 2014. Sementara, angkatan
2015 sekarang masih ada mata kuliah penerbitan buku. Namun, hanya sedikit.
Jadi, mulai angkatan 2016, itu murni jurnalistik. Tidak ada lagi bidang
penerbitan buku.”
Penyebab lainnya adalah, jumlah
program studi yang ada di Politeknik Negeri Jakarta sudah mencapai angka 38
prodi. “Saat ini juga, Politeknik Negeri Jakarta sudah memiliki 38 program
studi. Pak Direktur dan Pudir Satu ingin meningkatkan kualitas terlebih
dahulu, bukan
kuantitas. Jadi, untuk sementara ini kami
berencana meningkatkan akreditasi program studi yang telah ada terlebih
dahulu,” jelas Dra. Wiwi Prastiwinarti, S.Si.MM., selaku Ketua Jurusan Teknik
Grafika dan Penerbitan (TGP). Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) hingga
saat ini masih bertahan dengan akreditasi B.
“Program Studi Penerbitan
(Jurnalistik) tidak cukup dalam jumlah tenga pengajarnya. Itulah sebabnya akreditasi kita turun. Jeleknya lagi, ketika kita meminta
tambahan dosen ke gedung Q, untuk jurnalistik belum ada yang melamar,” jelas Azhmy.
Sedikitnya, jumlah dosen untuk membuka
program studi baru memerlukan sekitar 12 – 18 orang sudah harus menyandang jabatan sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS). Sementara,
dosen Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) hanya berjumah 11 orang, yang 3 orang diantaranya adalah
non-PNS. Minimal, jumlah PNS di dalam suatu program studi adalah dua belas orang, sedangkan Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) hanya memiliki 9 dosen PNS.
PENTINGNYA JENJANG D4
Persentase lulusan jurusan
Teknik Grafika dan Penerbitan yang bekerja dalam bidangnya mencapai angka 70%.
Termasuk dengan Program Studi Penerbitan (Jurnalistik). Febri, alumni Program
Studi Penerbitan angkatan 2011, menyampaikan pengalamannya dalam mencari
pekerjaan dengan latar belakang D-3, “Alhamdulillah saya cepat dapat panggilan
interview. Setelah saya resign dari kantor yang lama, juga cepat mendapatkan
panggilan dari beberapa kantor. Meski kualifikasi di dalam lamaran rata-rata
lulusan S-1, saya apply saja. Tetapi, tetap dipanggil juga.
Saat saya resign, kantor-kantor baru yang memanggil untuk interview lebih
mempertanyakan skill daripada gelar kelulusan.”
Pendapat Febri juga dikuatkan
oleh Dimas, alumi Program Studi Penerbitan angkatan 2011, “Saya berkerja
di perusahaan swata, tidak ada yang mandang dari gelar, tapi lebih ke arah
kinerja. Kalau untuk awal masuk karena belum kenal dan belum paham pola kerja
anak Poltek, mungkin ada perbedaan antara D-3 dengan S-1. Tetapi, langsung bisa
dipatahkan kasta - kasta tersebut setelah kita sudah kerja nanti.”
Namun, semakin banyaknya
persaingan, keresahan masih dialami oleh mahasiswa - mahasiswa prodi ini,
seperti yang dikatakan oleh Siti Anisa, mahasiswa Program Studi Penerbitan
(Jurnalistik) angkatan 2015, “Menurut saya D-4 jurnalistik itu sangat
diperlukan, karena dengan pekembangan sumber daya manusia yang terus meningkat,
dan banyak juga sumber daya manusia yang berasal dari luar negeri, yang
mempunyai kemampuan khusus. Jadi, jelas Prodi Penerbitan membutuhkan D-4 untuk
memperkaya basic, agar kita dapat berkembang. Apalagi sekarang
sudah memasuki era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN, red). Kita perlu kualifikasi
yang baik untuk bersaing dengan SDM dalam maupun luar negeri.”
Sebagian besar mahasiswa Program
Studi D-3 Penerbitan (Jurnalistik) berharap dapat bekerja dalam kantor media
yang cukup bergengsi. Dalam sistem pembelajaran prodi ini pun, lebih diutamakan
praktik dibandingkan dengan teori. Artinya, sebagian besar mahasiswa Program
Studi D-3 Penerbitan (Jurnalistik) sudah mengetahui kondisi lapangan ketika
melakukan liputan atau menulis berita. “Perusahaan pada umumnya, menginginkan
pekerja dengan latar belakang S-1. Walaupun sebenarnya dalam segi wawasan, D-3
itu setara dengan S-1,” kata Drs. Zaenal Arifin, S.H., M.H., Ketua Program
Studi Penerbitan (Jurnalistik).
Walaupun seorang lulusan D-3
berhasil lolos dalam penerimaan kerja, terdapat perbedaan pendapat dengan orang
yang memiliki latar belakang S-1. Padahal, apa yang dikerjakan oleh kedua orang
tersebut setara. Sama besar dan sama banyaknya.
“Biasanya di dalam media
televisi, untuk seorang reporter adalah lulusan S-1, atau setara. Karena
seorang reporter harus memiliki intelektual. Bukan berarti, lulusan D-3 atau
SMA tidak memiliki intelektual. Walaupun dia punya wawasan dalam komunitas,
tetap saja pendidikan intelektual itu lebih lama pada jenjang S-1,” ujar Aan
Purwanto, Koordinator Liputan MNC GROUP. Aan juga menuturkan, seringkali,
lulusan Diploma III menjadi pertimbangan yang sulit bagi perusahaan yang
membuka lowongan kerja. Pada tahap penyeleksian pelamar kerja, biasanya surat
lamaran dari pelamar lulusan D-3, dikesampingkan terlebih dahulu. Jika kuota
belum juga memenuhi, baru surat lamaran beserta lampiran lulusan D-3 tersebut
akan dibaca.
Pendapat – pendapat di atas menunjukkan,
pentingnya kesamaan jenjang dalam mencari pekerjaan yang dapat terwujud dengan
pengadaan D-4, khususnya dalam Program Studi Penerbitan (Jurnalistik).
Tetapi, berbeda dengan pendapat
Azhar Mulia, sebagai Ketua Departemen Potensial Akademik dan Penalaran Himpunan
Mahasiswa Grafika Penerbitan (HMGP), “Penerbitan jurnalistik fokusnya kemana?
Kalau dibilang butuh atau tidaknya D-4, sebenarnya semua prodi butuh D-4 tapi
dilihat urgency-nya. Mana yang harus didahulukan.”
PENGAADAAN
Berbagai hambatan dalam
pengadaan jenjang D-4 tidak menyebabkan tak akan diadakannya jenjang tersebut
dalam Program Studi Penerbitan (Jurnalistik). Drs. Mohmmad Fauzy, M. Psi.,
selaku Sekretaris Jurusan 1 Bidang Akademik TGP menuturkan, “D-4 tetap akan
diadakan. Tinggal menunggu apakah moratoriumnya (CP, red) sudah
selesai atau belum. Saya pikir, minggu depan sudah dapat diselesaikan. Tetapi,
itu pun sudah harus diajukan ke DIKTI supaya diunggah. Ketentuannya, tahun 2017
besok sudah harus masuk ke pemerintah. Pada tahun 2018 semua sudah harus
selesai. Tahun 2017 data sudah harus masuk ke pemerintah. Tenaga pendidik dan
Capaian Pembelajaran itu sudah harus beres di tahun 2017, termasuk akreditasi.”
Tetapi, pengadaan jenjang D-4
dua tahun kedepan pun, bukan sebagai program lanjutan bagi alumni yang telah
menyandang gelar A.Md (Ahli Madya). Dikarenakan peraturan DIKTI (Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi) yang melarang hal tersebut. Seorang lulusan D-3,
kini hanya bisa melanjutkan jenjang D-4 ataupun dengan ekstensi (S1),
dengan masa perkuliahan minimal 3,5 tahun. Karena, dasar pembelajaran D-3
dengan D-4 atau S-1 terdapat perbedaan.(VL)
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSetuju banget
BalasHapusProdi Penerbitan juga butuh D4 karena banyak perusahaan yang membutuhkan setara S1
inspiratif sekali
BalasHapus