Oktober 29, 2017

Mengenali Parpol 2k19

Maraknya persaingan partai politik (parpol) untuk mengisi bangku Pemilu 2k19 (2019) menjadi salah satu pembahasan panas di Indonesia. Penyeleksian partai-partai politik semakin menyempit. Melalui berbagai alur yang rumit, akhirnya saat ini terseleksi lah 14 parpol untuk Pemilu 2k19.

Pada umumnya, pembahasan politik seperti penyeleksian parpol untuk Pemilu 2k19 hanya lah sorotan kalangan dewasa ke atas. Bagi kalangan muda, pembahasan ini cukup rumit. Apalagi alur-alur penyeleksiannya. Mungkin, beberapa kalangan sulit mengenali parpol-parpol peserta Pemilu 2k19. Bagaimana mengenalinya?


Mari, kita mengenali parpol 2k19!

ALUR PENYELEKSIAN PARTAI POLITIK

Mengenali Parpol 2k19
















Pendaftaran Parpol menjadi peserta Pemilu 2k19 sesuai tata cara Komisi Pemilihan Umum (KPU)  :

  1. Parpol yang terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham)
  2. Parpol wajib mengisi data melalui Sistem Informasi Partai Politik (SIPOL) daring. (3-16 Oktober 2017)
  3. Parpol datang ke kantor KPU
  4. Menyerahkan Salinan data dalam bentuk tercetak ke kantor KPU
  5. Menyerahkan formulir ke meja pendaftaran (11 dokumen wajib)
  6. Masuk kategori checklist
  7. Input di SIPOL
  8. Parpol menerima tanda terima dari KPU
  9. KPU memeriksa administrasi
  10. Revisi syarat administrasi
  11. Pengumuman hasil revisi
  12. Proses verifikasi faktual dengan memeriksa langsung data partai ke lapangan. Hal ini dikhususkan untuk parpol yang belum pernah mengikuti pemilu.
  13. Revisi proses verifikasi faktual
  14. Penetapan parpol peserta Pemilu 2k19
  15. Pengundian nomor urut


SIPOL

Jika dilihat pada alur di atas, apa itu SIPOL?

SIPOL adalah sistem dan teknologi informasi yang berfungsi untuk mendukung kerja parpol dan penyelenggara pemilu. SIPOL akan menunjang seluruh proses pendaftaran, penelitian administrasi, dan verifikasi faktual atas pemenuhan syarat parpol menjadi peserta Pemilu 2k19.

SIPOL juga memudahkan masyarakat untuk melihat berkas dokumen yang telah parpol input sebagai persyaratan untuk menjadi peserta Pemilu 2k19 secara daring. Masyarakat tidak perlu lagi mendatangi kantor KPU. Contohnya, identitas parpol yang mendaftar (alamat, kontak, dsb).

Masyarakat juga dapat mengadukan kejanggalan atas dokumen yang telah parpol input selama proses pendaftaran parpol untuk menjadi peserta Pemilu 2k19. Jadi, masyarakat dibebaskan untuk berpartisipasi dalam penyeleksian parpol.

27 PARPOL

Dari 73 parpol yang terdaftar di Kemenkumham, hanya 27 parpol yang telah mendaftar untuk menjadi peserta Pemilu 2k19. Di antaranya adalah :

  1. Partai Persatuan Indonesia (Perindo)
  2. Partai Solidaritas Indonesia (PSI)
  3. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P)
  4. Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura)
  5. Partai Nasdem
  6. Partai Golongan Karya (Golkar)
  7. Partai Persatuan Pembangunan (PPP)
  8. Partai Amanat Nasional (PAN)
  9. Partai Keadilan Sejahtera (PKS)
  10. Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra)
  11. Partai Republik
  12. Partai Berkarya
  13. Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda)
  14. Partai Bhinneka Indonesia
  15. Partai Kebangkitan Bangsa (PKB)
  16. Partai Rakyat
  17. Partai Demokrat
  18. Partai Pemersatu Bangsa
  19. Partai Islam Damai Aman (Idaman)
  20. Partai Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI)
  21. Partai Indonesia Kerja (PIKA)
  22. Partai Bulan Bintang (PBB)
  23. Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia (PPPI)
  24. Partai Swara Rakyat Indonesia (Parsindo)
  25. PNI Marhaenis
  26. Partai Reformasi
  27. Partai Republik Nusantara (Republikan)


MENJADI 14 PARPOL

Mengenali Parpol 2k19













Setelah melalui proses verifikasi faktual, revisi, dan penetapan parpol, akhirnya terpilih 14 parpol untuk menjadi peserta Pemilu 2k19. Di antaranya adalah :

  1. Partai Perindo
  2. PSI
  3. PDIP
  4. Hanura
  5. Nasdem
  6. PAN
  7. PKS
  8. Gerindra
  9. Golkar
  10. PPP
  11. Partai Berkarya
  12. Partai Garuda
  13. Partai Demokrat
  14. PKB

13 parpol lainnya dinyatakan tidak lolos sesuai informasi dari infopemilu.kpu.go.id.  Penyebabnya, dokumen persyaratan menjadi peserta Pemilu 2k19 belum lengkap meski telah diberikan waktu 1x24 jam untuk menambah dokumen yang kurang.

Setelah penulis menerangkan alur pendaftaran parpol peserta pemilu untuk mengenali parpol 2k19, memahami SIPOL, mengetahui parpol yang terseleksi, bagaimana pendapatmu?
Mudahkah mengenali parpol 2k19?

Ayo, tentukan parpol jagoanmu sebagai peserta pemilu 2k19!

Oktober 28, 2017


Macet merupakan salah satu problematika besar di Indonesia. Hingga kini masalah kemacetan tak kunjung terselesaikan, terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek).

Masyarakat kerap kali menuntut aparat pemerintah untuk menanggulangi kemacetan, padahal salah satu penyebab utama kemacetan adalah pelanggaran lalu lintas. Contohnya, melawan arus, menyerobot antrian kendaraan yang macet melalui celah-celah jalanan, menerobos lampu lalu lintas, melanggar rambu lalu lintas, dsb. Semua itu dilakukan oleh pengguna jalanan, masyarakat Indonesia itu sendiri.

Pelanggaran selalu saya saksikan ketika saya melewati beberapa kawasan yaitu Jalan Lenteng Agung Timur, tepatnya dekat dengan Universitas Pancasila, Jakarta Selatan; Jalan Pipa Gas, Depok; Jalan Jenderal Sudirman, tepatnya di bawah fly over penghubung dengan Jalan I Gusti Ngurah Rai, Bekasi; Jalan Kolonel Soegiono, tepatnya di bawah fly over penghubung dengan Jalan Pahlawan Revolusi, Jakarta Timur; dan beberapa kawasan lainnya.

Akan tetapi, pelanggar lalu lintas di kawasan-kawasan tersebut tak acuh dengan akibat yang mereka timbulkan. Dengan mudahnya, lagi-lagi mereka meminta pertanggungjawaban pemerintah, padahal beberapa program untuk menanggulangi kemacetan sudah dilakukan. Program tersebut antara lain, Transjakarta, pelarangan sepeda motor melalui jalan protokol di Jakarta, penerapan sistem 3 in 1 yang sekarang telah diganti dengan sistem ganjil genap, dsb.


Program-program tersebut tak akan sukses tanpa partisipasi dari masyarakat. Apabila pengguna jalanan tak kunjung menghentikan kebiasaan buruknya, Indonesia tak akan lepas dari kemacetan. Perlu ditegaskan kembali, macet bukan salah aparat. Namun, kebiasaan buruk pengguna jalan lah yang menyebabkan kemacetan.

Oktober 08, 2017

Saya Vadhia Lidyana, 20 tahun. Saat ini saya sedang menjalani perkuliahan sebagai mahasiswa Program Studi Penerbitan (Jurnalistik) di Politeknik Negeri Jakarta.

Jurnalistik merupakan program studi yang harus, perlu, dan wajib dijalani dengan sepenuh hati karena memerlukan ketelitian, keberanian, inisiatif, dan kreativitas yang tinggi. Disamping itu semua, jurnalistik yang kami pelajari tentunya berkaitan dengan hukum-hukum yang ada di Indonesia tentang lembaga pers. 

Sejak semester pertama, saya sudah mendapatkan mata kuliah tentang Dasar - Dasar Jurnalistik, Hukum Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Teknik Observasi dan Wawancara, dan lain - lain. Semua mata kuliah itu bertujuan untuk membuka mata, pendengaran, dan hati saya supaya mengetahui bagaimana pelaku pers harus menjalani tugas dengan sebaik - baiknya. 

Pembelajaran bukan hanya dari materi, tapi saya dan rekan - rekan satu perkuliahan yang lain, mendapat pembelajaran dari banyak praktek liputan yang telah kami jalani. Meliput sebuah peristiwa dan mengolahnya menjadi sebuah berita bukanlah hal yang mudah. Banyak rintangan, terutama rasa malas yang seringkali menganggu konsentrasi. Selain itu, bagaimana berita itu dihasilkan tanpa ada celah kebohongan di dalamnya. Kami sebagai jurnalis tentunya harus jujur.

Jujur, itulah satu kata mematikan bagi lembaga pers Indonesia saat ini. Betapa banyak kemunduran yang bisa dilihat dengan nyata, di dalam lembaga pers Indonesia. Kebebasan berpendapat yang kini telah diraih justru membuat informasi yang tidak akurat tersebar tanpa ada pengawasan. Semua orang dengan mudahnya membuat sebuah tulisan yang dianggapnya berita, lalu menyebarluaskannya di blog atau website pribadi. Sedangkan, berita itu adalah suatu informasi yang penting bagi masyarakat. Bukan hanya sekedar informasi tentang seorang gadis paskibra yang memiliki kemiripan dengan aktris Indonesia, atau tentang daftar mantan dari seorang penyanyi mancanegara. 

News value apa yang terdapat dalam berita - berita tersebut? 

Tetapi, bukan berarti saya tidak mempercayai semua berita yang dihasilkan lembaga pers Indonesia. Kembali lagi dilihat dari news value berita tersebut. 

Suatu hari, saya berdebat dengan kakak kandung saya sendiri, tentang kejujuran lembaga pers Indonesia. Saya tentunya dalam posisi pro, dan kakak saya kontra. Pada akhir perdebatan, saya terdiam. Menyadari bahwa sulit memperoleh kembali kepercayaan masyarakat Indonesia terhadap bidang yang sedang saya pelajari ini. 

Perubahan, tentunya adalah suatu yang saya inginkan di dalam hati. 

Sebagai mahasiswa jurnalistik, saya merasa menambah begitu banyak wawasan baik dari dosen maupun teman. Setiap memulai kegiatan belajar mengajar, biasanya dosen akan membahas suatu berita yang menjadi perbincangan hangat. Dari situlah sumber wawasan muncul. Karena pendapat dari sudut pandang yang berbeda dapat membuka pikiran saya, lalu bertambahlah wawasan saya. 

Terkadang, disaat saya mengolah suatu informasi, saya kesulitan merangkainya. Seringkali saya tergoda untuk menulis opini saya dalam berita. Tetapi, sebelum saya menulisnya, saya mengurungkan niat saya. Karena, dosen lebih cermat dalam menilai berita. Tidak mungkin berita yang penuh dengan opini sendiri akan diberikan nilai yang baik.

Hal tersebut ibaratkan tamparan bagi lembaga pers Indonesia saat ini. Begitu banyak berita yang hanya mengandalkan opini, namun dibesar – besarkan. Pada akhirnya, berita itu hanya menjadi omong kosong. 

Lembaga pers Indonesia harus bangkit dari semua pandangan jelek dan memusnahkan campur tangan kotor di dalamnya. Karena, semakin dibiarkan berita–berita yang simpang–siur, akan menjadi pembodohan bagi masyarakat yang tidak bisa melihat sendiri suatu kejadian yang diberitakan. 

Saya berharap, suatu hari nanti, saya dapat mendirikan sebuah lembaga pers yang sesuai dengan harapan saya, dan orang – orang tidak lagi menutup mata akan karya – karya dari lembaga pers. Saat ini, memang saya belum bisa menghasilkan apapun, tetapi saya akan berkontribusi dengan belajar sebaik mungkin tentang dunia jurnalistik dan dapat menjadi anggota pers yang dibutuhkan serta dipercayai masyarakat. 

Indonesia butuh pers yang baik, butuh pers yang jujur. Masalah – masalah yang berdatangan kepada lembaga pers Indonesia selalu dan akan saya jadikan motivasi untuk menjadi wartawan yang lebih baik. 


 ***

Tulisan ini telah diterbitkan di blog pertama saya sendiri vadialidya97.blogspot.com



Pasar Sumber Artha, Kalimalang, Bekasi.

Pasar. Pasar merupakan suatu tempat untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan masyarakat. Berbagai proses jual-beli terjadi setiap harinya. Seperti pada Pasar Penampungan Sumber Artha, Kecamatan Bekasi Barat, Kota Bekasi. Aktivitas berbelanja di sana didominasi oleh kaum wanita yang sudah berumah tangga, seperti pasar pada umumnya.

Setiap pagi, pasar akan padat pengunjung, terutama pada bagian pasar yang menjual “pengisi perut”. Hal tersebut menyebabkan tingkat kebersihan pasar menurun. Pasar terlihat kotor, sampah berserakan, terutama pada deretan kios-kios penjual sayuran. Sampah sayuran berserakan dan tidak dibersihkan hingga sore hari. Padahal, tingkat kenyamanan pembeli adalah nomor satu.

Permasalahan sampah sudah merebak di Indonesia yang penyelesaiannya tak kunjung terealisasi. Begitu pula dengan Pasar Penampungan Sumber Artha yang masih membutuhkan penyelesaian dalam masalah kebersihan. Kelelahan bekerja menjadi penyebab menumpulnya kesadaran setiap penjual akan kebersihan. Sebagai penjual, tak bisa hanya mengandalkan petugas kebersihan pasar yang hanya berjumlah 8 orang. Belum lagi apabila salah satu petugas berhalangan hadir. Sampah akan terabaikan hingga sang petugas kembali lagi bekerja.

Padahal, prosedur pengelolaan sampah pada Pasar Penampungan Sumber Artha ini sudah cukup baik. Dimulai dari penampungan sampah kolektif kios-kios yang dilakukan pada pagi dan sore hari, kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah sementara, lalu sampah dikirim ke Unit Pelaksanaan Teknis Daerah bidang kebersihan Kecamatan Bekasi Barat yang dilakukan dua kali dalam satu minggu, dan terakhir sampah akan dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST), Bantar Gebang.

Selain sampah yang berserakan, masalah pengumpulan sampah pada titik tertentu juga tidak tertib, yaitu pada kios-kios bagian timur pasar (pada pinggir jalan raya KH. Noer Ali atau Kalimalang). Sampah sudah dikumpulkan, namun tidak dalam satu titik. Terdapat ± 3 titik pembuangan sampah pada bagian tersebut sehingga sampah semakin berserakan. Eka, petugas kebersihan bagian tersebut berkata, “Alangkah baiknya apabila dikumpulkan menjadi 1 titik (sampah). Jadi, saya tinggal mengangkutnya menuju TPS sementara saja.”

Namun, bukan berarti semua penjual di pasar tersebut mengabaikan kebersihan kiosnya. Terdapat beberapa penjual yang selalu menjaga kebersihan kiosnya sendiri. Drs. Sutisna, As.MM. selaku Kepala Pelayanan Pasar Penampungan Sumber Artha mengatakan, “Ya, namanya juga orang (seringkali lalai akan kebersihan). Tapi ada beberapa yang sadar akan kebersihan.” Seperti Zubaidah (salah satu penjual rempah-rempah) dan Sri (salah satu penjual ayam potong) contohnya. Mereka selalu berupaya untuk membersihkan kios dan sekitarnya setiap hari, serta tertib akan kebersihan. Kios keduanya terlihat rapi dan terhindar dari bau yang tak sedap.

Sikap yang ditunjukkan Zubaidah dan Sri sudah memberikan penyelesaian terhadap permasalahan kebersihan di Pasar Penampungan Sumber Artha dan tempat lainnya. Apakah itu? Semua kembali pada kesadaran masing-masing. Kesadaran akan pentingnya kebersihan bagi setiap penjual di Pasar Penampungan Sumber Artha.

Masyarakat sebaiknya menghentikan protes kepada pemerintah terkait masalah kebersihan ataupun banjir yang terus-menerus melanda rakyat, dan mulai meningkatkan kesadaran akan kebersihan, serta menganggap bahwa sampah yang dihasilkan oleh diri sendiri adalah tanggung jawabnya, bukan tanggung jawab petugas kebersihan ataupun  pemerintah.

 “Kalau ingin bersih ya harus menyapu sendiri, menyikat sendiri. Jadi, semoga kesadaran akan kebersihannya lebih ditingkatkan saja,” ujar Sri. Jika satu sama lain saling menyalahkan, ataupun menyalahkan pemerintah akan permasalahan sampah, Indonesia tak akan meningkat kebersihannya. Alangkah baiknya apabila individu menyadari permasalahan ini dan menjalankan solusinya, yaitu meningkatkan kesadaran akan kebersihan. Berani kotor itu baik, jauhkan diri dari sikap jijik yang berlebihan.


***

Tulisan ini telah diterbitkan di : http://gobekasi.pojoksatu.id/2017/05/18/pasar-antara-sampah-dan-kebersihan/

image source : google.com

Wajah yang cantik ataupun tampan, tubuh yang ideal, merupakan dambaan semua orang. Beberapa orang melakukan perawatan, merias wajah, melakukan diet rutin, mengonsumsi makanan sehat, dan lain-lain untuk mencapai kesempurnaan wajah dan tubuhnya. Tapi, berbeda dengan rakyat Korea Selatan, mereka berlomba-lomba mengubah wajah dan tubuhnya dengan operasi plastik.

Korea Selatan menempati urutan pertama pengadaan operasi plastik terbanyak di dunia dua tahun berturut-turut, pada 2010 dan 2011, menurut International Society of Aesthetic Plastik Surgery.

Operasi plastik di Korea Selatan bukanlah semata-mata untuk mempercantik diri, namun sebagai nilai lebih bagi pencari lowongan kerja, dan juga tentunya mempermudah mendapatkan pasangan. “Di sana itu untuk mencari pekerjaan lebih mudah orang-orang yang sudah menjalani operasi plastik,” ucap Izza Gamapat, mahasiswi jurusan Sastra Korea Universitas Indonesia.

Salah satu penyebab mengapa operasi plastik di Korea Selatan menjadi terkenal adalah insiden Miss Korea, tepatnya Miss Korea 2012 yang terbukti telah menjalani operasi plastik. Banyak kritik mengatkaan itu adalah sebuah tindakan curang, namun Miss Korea 2012, Kim Yu-Mi mengakui, "Saya tidak pernah mengatakan saya dilahirkan cantik." Ia tetap memegang gelarnya sebagai Miss Korea 2012.

Netizens mengkritik penampilan para finalis Miss Korea 2013 karena kemiripan wajah mereka satu sama lain. Tidak ditemukan perbedaan atau keunikan dari tiap wajah finalis Miss Korea 2013. Rata-rata memiliki bentuk wajah yang mungil, mata besar, dan bibir yang kecil.  Pembedanya hanya model rambutnya saja. Netizen menilai bahwa para finalis rata-rata sudah menjalani operasi plastik pada wajahnya.

Rakyat Korea Selatan rela membayar mahal untuk mendapatkan satu lipatan tambahan di kelopak mata. Harganya mulai $2000 – $4000, atau kurang lebih 26 sampai 52 juta. Di Indonesia dengan uang sejumlah itu, remaja akan minta dibelikan motor atau mobil sebagai hadiah kelulusan, double eye lids surgery inilah yang menjadi pilihan utama untuk kado kelulusan di Korsel.

Sebuah rumah sakit spesialis operasi plastik, idhospital.com yang menyatakan bahwa dirinya adalah rumah sakit spesialis operasi plastik terbaik di Korea Selatan, dengan bangga membuat trean wajah cantik berbentuk ‘V’. “If you want perfect facial contour, V Line surgery is the one for you,” begitulah bunyi iklan rumah sakit itu. 

Operasi yang dikenal sebagai ‘pengikisan rahang’ ini termasuk operasi serius karena dilakukan dengan memahat tulang rahang. Operasi ini dibandrol dengan harga $5000-$.14.000 atau sekitar Rp 65-182 juta. 

“Aku sulit mempercayai wajah orang-orang Korea, kemungkinan mereka semua telah melakukan operasi plastik. Yang tua saja kalau dioperasi bisa 10-20 tahun terlihat lebih muda,” tutur Izza. Sepertiga sampai dengan seperlima wanita di Seoul telah menjalani operasi plastik. 

Dilaporkan oleh BBC, menempatkan angka lima puluh persen atau lebih tinggi untuk wanita berusia dua puluhan. Bahkan, mantan Presiden Korea Selatan, Park Geun-Hye menjalani operasi kelopak mata saat berada di kantor pada tahun 2015, dilansir dari newyorker.com.

Bagi warga negaranya sendiri yang sudah menjalani operasi plastik akan diberi sertifikat bahwa dia sudah menjalai operasi plastik yang menyebabkan wajah asli dengan foto di paspor itu berbeda. “Nanti mereka akan menggunakan sertifikat itu untuk mengkonfirmasi bahwa dia adalah orang yang sama agar dia tetap bisa imigrasi,” jelas Izza.


Namun, dibalik itu semua, para pasien operasi plastik tak bisa dengan mudah melanjutkan aktivitasnya dengan wajah baru. Masa pemulihan memakan waktu yang cukup lama dan cukup menyakitkan, belum lagi resiko kegagalan dari operasi plastik yang tentunya masih ada hingga kini walaupun persentasenya menurun. Akan tetapi, mereka memilih menerima hal-hal tersebut untuk kehidupan yang lebih menjanjikan di negaranya.

Pagi hari yang cerah di bulan Oktober tak membuat Fanya semangat sedikit pun. Ia bangun dengan wajah yang lesu. Dengan langkah malas ia bersiap-siap ke kampus. Hanya dengan waktu 15 menit, Fanya sudah siap berangkat ke kampusnya, Politeknik Negeri Jakarta. Tak seperti gadis lain seumurannya yang selalu rapi ke kampus, Fanya hanya mengandalkan kaus dan celana jeansnya, flatshoes, serta ikatan rambut yang asal-asalan. Lalu, ia memulai perjalanannya pagi ini ke kampus.

“Fan!!!” panggil Tara, teman satu Program Studi (Prodi) Fanya, yaitu Prodi Jurnalistik.

“Hm?” jawab Fanya tanpa menoleh pada Tara yang sedang berlari mengejarnya.

“Yeh, kenapa sih?! Kok bete banget?!” tanya Tara dengan napas terengah-engah.

“Masih aja nanya, Tar,” jawab Fanya ketus.

“Gue tau hari ini pembagian tugas UTS videography, tapi enggak usah dibawa bete gitu kali! Santaaai..” kata Tara.

“Yah ampun Tar... Gue tuh gaptek banget kalo urusan kamera! Apalagi editing, gue kayak bayi baru lahir! Basi banget sih matkul ini!” eluh Fanya.

“Iyaaa, tapi kan ini tugas kelompok! Siapa tau lo sekelompok sama orang yang jago! Atau bisa jadi si....” tak sempat Tara menyelesaikan ucapannya, Fanya membungkamnya.

“Sssst!!! Bisa enggak sih enggak usah pake toa?! Sekalian aja bikin pengumuman biar orang pada tau!” kata Fanya.

“Hehehe.. Iya maaf. Yaudah buru deh yuk kita masuk nanti telat!” ajak Tara.

***

Ruang 203 dipenuhi mahasiswa-mahasiswa yang duduk tersebar di lantai. Fanya dan Tara segera menghampiri Ilsa dan Kalin yang duduk di pojok kanan ruangan yang sedang menyantap sarapan mereka.

“Hei! Makan yuk, Mama gue bikinin nasi goreng omelet favorit kalian nih!” tawar Kalin pada Fanya dan Tara.

“Wah, siap, Lin! Lo pengertan banget sih sama anak kos! Love youuu..” jawab Tara girang.

“Enggak deh Lin, gak laper,” sahut Fanya.

“Kenapa lo, Fan? Lesu amat?!” tanya Ilsa.

“Biasa Sa, paling gara-gara videography,” jawab Kalin.

“Fanya, lo tuh jangan bete! Harusnya seneng dan berdoa supaya sekelompok sama...” Fanya juga membungkam mulut Ilsa.

“Ngomong gue mutilasi! Tau tempat dong!” Fanya geram.

“Hehehe.. Ampun, ampun. Eh! Itu doi dateng!” jawab Ilsa sambil melirik pada Oki dan kawan-kawannya yang baru memasuki ruang 203.

“Duh ilah, mati gue. Lo pada diem ya awas aja ember!” bisik Fanya.

“Santaaai..” jawab Ilsa, Kalin, dan Tara serempak.
Tak lama kemudian, dosen videography, Pak Alex memasuki ruangan.

“Selamat pagi semua,” sapanya menghentikan kericuhan mahasiswa-mahasiswa yang bercengkrama.

“Pagi, Pak!” jawab semua mahasiswa di ruang 203 serempak.

“Oke, langsung saja saya bagikan kelompok UTS yang terdiri dari 2 orang, dari kelas yang berbeda,” jelas Pak Alex.

***

“Jadi Fan, gue udah punya konsep sih, bikin video ajakannya itu tentang mengajak mahasiswa untuk tidak mudah terpengaruh akan hoax. Nah, kita banyakin text box aja tapi yang kreatif!” jelas Oki dengan semangat.

Fanya dengan perasaan yang tak karuan, antara senang dan gugup masih terdiam, mencerna perkataan Oki untuk dipahaminya. Di sisi lain ruang 203, ketiga temannya memperhatikan Fanya dan turut merasa senang akan Fanya yang dengan beruntung dapat satu kelompok dengan Oki, lelaki yang dipujanya, sekaligus mahir dalam hal videography, fotography, dan editing

“Ki.. Gue mau ngasih tau sesuatu nih…” jawab Fanya gugup.

“Apa?” sahut Oki.

“Gue orang terpayah dalam urusan videography, fotography, editing, atau apa aja yang bersangkut paut dengan itu… Gue bingung harus bantu apa..” jelas Fanya yang cemas akan respon Oki setelahnya.

I know. Enggak apa-apa, kita kan team work. Gue yakin sedikit demi sedikit elo bisa. Gue siap ngajarin,” balas Oki dengan senyuman manisnya.

***

Dengan berbekal waktu hanya 2 minggu, Fanya dan Oki harus menyelesaikan tugas videographynya sebaik mungkin demi nilai yang memuaskan.

Sudah 3 hari lamanya Fanya dan Oki mulai mengambil gambar yang diperlukan, mengumpulkan referensi, dan pendapat mahasiswa mengenai topik tugas videography mereka. Sudah 3 hari lamanya juga Fanya menahan rasa gugupnya yang luar biasa setiap kali ia bersama dengan Oki.

***

Setelah 5 hari bekerja sama, Fanya mendapat banyak ilmu yang berguna mengenai kamera dan cara menggunakannya dengan baik untuk hasil yang indah. Semakin hari, Fanya semakin mengagumi Oki.

“Gimana Oki?” tanya Kalin yang sedang mengamati Fanya yang melamun.

“Eh? Hmm.. Baik banget. Gimana nih? Gue makin susah nahan gugup!” jawab Fanya cemas.

“Gue kan udah temenan sama lo dari dulu. Tenang aja, lo itu kalo gugup enggak keliatan kok!” kata Kalin.

“Takut banget deh gue orangnya tau. Dia tuh stay cool abis! Pikirannya mah kalo lagi berdua ya tugas aja kali, ya? Lah gue? Ngarep terus,” ujar Fanya.

“Enggak usah mikirin kayak gitu. Lo bersyukur aja udaaah, bisa sekelompok sama dia. Urusan ngarep-ngarep belakangan!” balas Kalin.

“Iya Lin… Eh, video lo udah sampe mana?” tanya Fanya.

“Baru nge-shoot opening, itu juga sedikit banget. Bisa jadi ada perubahan. Si Adhya kayak males gitu. Kalo misalkan enggak tuntas sama dia, gue minta tolong cowo gue aja, ah!” jawab Kalin dengan wajah kesal.

“Wah… Gue gercep juga dong? Kirain udah pada jauh…” balas Fanya.

“Fanya!” teriak seseorang dari kejauhan. Tak lama, orang yang memanggil itu semakin mendekat, dan dia adalah Oki.

Fanya melirik Kalin, mengisyaratkannya untuk duluan ke kelas. Tapi, sepertinya Kalin sengaja ingin mengetahui tujuan Oki menghampiri Fanya.

“Nanti kelas sampe jam berapa, Fan?” tanya Oki.

“Jam 11.30, kenapa?” jawab Fanya.

“Hmm, makan yuk nanti di Tebet. Abis itu, kita lanjutin cari referensi,” jelas Oki.

Fanya dan Kalin terkejut dengan perkataan Oki. Terutama Fanya, yang tak pernah menyangka akan mendapat ajakan seperti ini dari Oki.

“Gimana, Fan?” Oki bertanya lagi.

Menyadari Fanya yang masih terdiam karena tak menyangka, Kalin menjawab, “Bisa kok Ki. Soalnya nanti gue, Ilsa, dan Tara ukm. Fanya sendirian.”

“Eh? Iya bisa, Ki,” akhirnya Fanya bersuara.

“Oke. Nanti jam 12 gue tunggu di lobby, ya,” ucap Oki seraya melambai pada Fanya dan Kalin dan melengang pergi. 

Fanya dan Kalin saling bertatap dan tersenyum lebar. Lalu, mereka bergegas ke ruang kelas.

***

Fanya dan Oki tiba di sebuah kedai Dimsum, di kawasan Tebet, Jakarta Selatan. 1 jam lamanya mereka menghabiskan waktu perjalanan dari kampus dengan menggunakan sepeda motor. Selama perjalanan itu, Fanya tak kuasa menahan groginya karena sangat berdekatan dengan Oki.

Ketika mereka memasuki Kedai yang sedikit ramai, Oki menggandeng tangan Fanya sambil mencari-cari tempat untuk duduk.  Hal ini membuat jantung Fanya berdetak semakin tak karuan. Lalu, Oki memesan dua porsi dimsum dengan dua thai tea. Fanya hanya terdiam karena masih gugup mengingat tangannya baru saja digandeng Oki tadi.

Tak lama, makanan pun datang. Mereka berdua makan dengan nikmat. Dimsum di sini memang terkenal kenikmatannya. Fanya yang tadinya sangat sangat gugup, mencoba menenangkan dirinya dengan menyantap dimsum di depannya setenang mungkin.

“Butuh berapa lagi ya Fan untuk referensi?” tanya Oki.
“Hmm, kayaknya tinggal bukti berita atau isu-isu hoax yang tersebar bulan belakangan ini deh,” balas Fanya yang baru saja menyelesaikan makan siangnya.
“Oh, itu. Oke, bisa kali ya nanti malem aja?” tanya Oki lagi.
“Iya. Eh, kita termasuk cepet loh ngerjain videonya. Temen-temen gue masih proses shooting opening. Kita abis referensi terakhir, tinggal satuin materinya, kan?”
“Iya. Kan, karena elo, Fan. Tuntas ngerjain materinya, hehe. Kalo gue doang mah, enggak akan secepet ini,” puji Oki.

“Ih, enggak dong. Kan elo yang kebanyakan ngajarin gue. Makasih ya,” Fanya tersenyum kikuk.

“Hahaha, iya-iya sama-sama ya,” Oki tertawa sambal mengacak-acak rambut Fanya.

“Eh, Fan, gue kira awalnya, lo cuek-bebek gitu. Jadi, agak takut nanti dikacangin kerja kelompoknya. Beruntung gue sekelompok sama lo jadi kenal, hehehe…” kata Oki yang membuat Fanya semakin gugup saking senangnya.

“Enggak kok…” jawab Fanya kikuk.

“Lo suka review film gitu ya, Fan? Gue liat di blog lo. Keren, rajin banget nge-blognya!” puji Oki.

“Iya tapi Cuma beberapa film yang emang gue suka, atau udah ngikutin dari awalnya, hehe. Kalo ga nge-blog mah apalagi kerjaan gue,” jawab Fanya.

“Tinggal ditambahin desain aja, Fan. Atau ganti website? Pengunjung lo udah banyak gitu,” kata Oki.

“Iya mau banget, tapi gue masih kurang ngerti dan bingung nanti desain gimana. Itu dulu yang desain blog gue sepupu. Sekarang dia kuliahnya di Bali. Jauh, jarang ketemu,” jelas Fanya.

“Nanti deh gue bantuin, sedikit-sedikit ngerti web design hehehe,” ucap Oki.

“Wah, Ki. Jadi ngerepotin terus nih,” jawab Fanya girang.

“Enggak, gue kan juga gaada kerjaan selain pegang kamera. Kalo udah mau, chat aja,” balas Oki dengan senyum manisnya.

“Iya siap! Hehehe,” ucap Fanya.

“Eh, btw, siapa nih aktor atau aktris favorit lo, Fan?” tanya Oki.

“Banyakkk. Tapi yang paling suka sih, Rachel McAdams sama Nick J Robinson,” jawab Fanya.

“Kebetulan kan Rachel McAdams ada film barunya? Apa ya, gue lupa,” balas Oki.

“Iya, Disobedience, udah keluar dari 2 hari yang lalu,” jelas Fanya.

“Udah nonton?” tanya Oki.

“Belum sih,” jawab Fanya yang gugup akan jawaban Oki selanjutnya.

“Mau nonton? Lanjut Kokas aja abis ini,” ajak Oki yang membuat Fanya melambung tinggi.

“Hmm… Mau banget sih, tapi gapapa?” tanya Fanya takut-takut.

“Gapapa dong. Kan gue yang ngajak. Cek dulu ya jadwal tayangnya,” kata Oki yang langsung membuka smartphonenya.

Dalam hati, Oki turut senang ajakannya berhasil. Sebenarnya, iya sudah tahu artis kesukaan Fanya dari blognya. Ia sengaja bertanya seolah tak tahu, karena memang ingin mengajak Fanya nonton hari ini.

“Ada nih Fan, jam 15.15. Mau?” tanya Oki.

“Mau, hehehe,” jawab Fanya kikuk.

***

Semenjak kejadian di Tebet, Fanya dan Oki semakin akrab. Bahkan, setiap hari mereka berhubungan via chat di smartphonenya. Ilsa, Kalin, dan Tara turut senang. Bahkan sangat senang. Teman baik mereka bisa akrab dengan lelaki pujaannya.

Beberapa hari kemudian, tibalah hari pengumpulan tugas videography. Hal ini menandakan, berakhirnya kerja kelompok Fanya dan Oki. Fanya cemas, dengan berakhirnya kerja kelompok dengan Oki, mereka tak akan sedekat ini lagi.

“Kalo misalkan gue jadi jauh, gimana ya?” tanya Fanya kepada ketiga temannya.

“Kan, katanya dia janji bantuin lo bikin web dan nge-desain? Enggak jauh, dong,” jawab Ilsa menenangkan Fanya.

“Iya sih, tapi ga akan se-intens tugas…” balas Fanya lesu.

“Jangan pesimis gitu, Fan. Kan udah deket, seneng-seneng aja ya? Jangan pikirin hal buruk terus,” kata Tara.

“Iya, Fan. Tenang aja, gue yakin Oki juga sekarang udah nyaman deket sama lo. Secara dia terus yang ngajak hang out. Hampir setiap hari lo makan bareng sama dia, kan? Btw, sekarang dia kemana?” kata Kalin.

“Masih kelas. Nanti sore dia minta bantuin upload tugas videographynya ke youtube,” balas Fanya.

“Tuh kan, upload aja minta temenin. Pasti dia udah nyaman Fan sama lo,” kata Ilsa.

Dalam hati, Fanya mengamini semua perkataan temannya.

***

Fanya dan Oki semakin akrab setiap harinya. Mereka telah mengenal satu sama lain. Hampir setiap malam, mereka bercengkrama via telepon. Padahal, di kampus mereka selalu bertemu. Keduanya telah memiliki rasa suka mendalam satu sama lain. Keduanya merasa nyaman dengan kedekatan mereka.

Tak terasa, 8 bulan lamanya mereka dekat satu sama lain. Dan mengisi hari-hari mereka dengan kisah manis.

Fanya seringkali membuatkan bekal untuk Oki. Bahkan, Fanya pernah diajak Oki untuk masak di rumahnya. Setelah itu, Fanya semakin sering berkunjung ke rumah Oki dan sudah mengenal kedua orang tua Oki, kakak Oki, dan 2 adik Oki.

Suatu hari, Oki mengajak Fanya menghadiri pernikahan sepupunya di Cirebon. Keluarganya berangkat lebih dahulu karena menginap. Sedangkan Fanya dan Oki menyusul dengan mobil yang dikendarai Oki. Di sana, Fanya mengenal beberapa anggota keluarga besar Oki. Oki bahkan dengan terang-terangan, menyatakan kedekatan mereka.

Seusai acara, Oki dan Fanya pulang lebih dahulu karena besok mereka harus kuliah. Sedangkan keluarga Oki, masih menginap sekaligus liburan bersama keluarga besar.
Sesampainya di kos Fanya, Oki menyatakan perasaannya selama ini terhadap Fanya. Oki juga mengatakan tujuan dan keinginannya untuk terus bersama Fanya. Dengan senang hati, Fanya menjawab sesuai keinginan Oki. Fanya pun tak malu lagi menyatakan perasaannya.

Cukup lama mereka membutuhkan waktu untuk mengenal satu sama lain dan memahami kepribadian masing-masing. Hingga akhirnya, mereka menyatakan perasaan dan keinginannya masing-masing.


Fanya tak pernah sekali pun menyangka hal ini. Seorang Oki yang menjadi idaman semua orang, Oki yang cerdas, karismatik, dan baik hati bisa menjadi pasangannya. Semua berkat tugas UTS videography, dan dukungan teman-teman dekatnya, Kalin, Ilsa, dan Tara.

***

Cerita pendek ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas Ujian Tengah Semester V Mata Kuliah Sastra, Program Studi Jurnalistik, Politeknik Negeri Jakarta.

Cerita ini hanya fiktif semata.
ayah-kedua

Di kala tameng utama tak hadir, kami membutuhkan penggantinya. Lalu ia datang dengan sukarela. Dengan keyakinan penuh walau kemampuan dianggap tak kuasa. Kakak, kehadiranmu membangun kembali tameng bagi kami. Untuk kami melawan segala kekhawatiran. Bagimu, hidup kami adalah hidupmu. Bagimu, kebahagiaan kami adalah kebahagiaanmu. 

Ketika sosok ayah membutuhkan bantuan untuk merawat keluarganya, tak semua anak akan sukarela mengorbankan waktunya untuk melaksanakan hal itu. Tetapi, berbeda dengan sesosok laki-laki yang memiliki 10 adik ini. Dengan inisiatifnya, ia mengambil tindakan nyata untuk mewakili ayahnya merawat keluarga dalam segi apa pun. Tanpa perintah, tanpa arahan, tanpa ‘embel-embel’ kewajiban ataupun tuntutan, nama keluarga sudah dipikulnya. 

Dennis Marvan Damsyik, anak pertama dari 11 bersaudara. Merawat 11 anak bagi orang tuanya adalah hal yang cukup sulit, apalagi bagi laki-laki yang kerap disapa abang ini. Dengan sifat, sikap, dan perilaku yang berbeda-beda, abang tetap merawat adik-adiknya, memanjakannya, dan melindunginya dengan segenap kemampuan. Padahal, saat itu abang tengah menempuh jenjang pendidikan di perguruan tinggi swasta di Jakarta. 

Ketika sang ayah mencari nafkah di luar tanah air, ekonomi keluarga abang mengalami ketidakstabilan. Keluarga yang terdiri dari 11 orang bersaudara, tentunya memerlukan pengeluaran yang tidak sedikit. Saat itu, adik kembar bungsunya baru saja memasuki Sekolah Dasar (SD). Beruntunglah abang memiliki jiwa pengusaha sejak kecil. 

Dimulai sejak abang berusia 7 tahun. Saat itu keluarga abang baru terdiri dari 3 bersaudara, ia dengan dua adik perempuannya yang tinggal di rumah susun Klender, Jakarta Timur. Suatu hari, abang pulang sekolah dengan membawa banyak gasing yang membuat ibunya bingung, “Untuk apa membawa gasing sebanyak itu?” Ternyata, dengan uang jajannya, abang membeli banyak gasing untuk dijual kembali. 

Tak hanya berakhir disitu. Setiap hujan turun, abang akan bergegas menuju perempatan jalan raya yang tak jauh dari rumahnya untuk menjadi ojek payung. 

Tak puas menjual gasing dan menjadi ojek payung, abang membuka penyewaan nintendo yang dibelikan ayahnya. Lalu, karena ayahnya juga suka membaca buku, abang juga menyewakan buku-buku koleksi ayah kepada tetangga, pegawai-pegawai yang tinggal tak jauh dari rumahnya saat itu, dan juga kepada teman-temannya. Abang melakukan semua itu bukan karena kesusahan yang melanda keluarganya, bahkan ayahnya masih dalam kondisi perekonomian yang cukup baik saat itu. 

Lalu, di setiap bulan ramadhan, abang ditemani ayah berbelanja kembang api ke Pasar Induk Tanah Abang untuk dijual. Abang berjualan di seberang jalan rumah susun, dengan meja dan lampu yang dipasang oleh ayah. Pukul 05.00 WIB, abang mulai berjualan hingga dagangannya laris-manis. 

Semangat wirausahanya pun dibuktikan kembali ketika ayah mencari nafkah di negeri nun jauh di sana. Saat itu abang sedang menginjak semester 4 di perkuliahannya. Karena ayahnya diharuskan pergi, abang terpaksa mencutikan kuliahnya. Abang melakukan itu bukan untuk bermalas-malasan, melainkan untuk bisa fokus mencari sumber pendapatan lain untuk keluarga. 

Dengan modal dari hasil penjualan motornya dan pinjaman, abang membuka usaha rental Play Station (PS) di halaman rumah. Saat itu, abang telah bertempat tinggal di Perumahan Bumi Bekasi Baru, Bekasi Timur. Namun, karena kurangnya dukungan dari ibuku, abang tak melanjutkan usaha rental PSnya. Abang memutuskan untuk membuka usaha baru, yaitu cuci steam motor dan mobil. Beriringan dengan itu, abang juga membuka usaha warung kecil-kecilan di kios rental PS yang telah ditutup itu. 

Tak lama, abang memilih untuk tidak melanjutkan usaha cuci steam motor dan mobil dan membuka usaha baru, yaitu rental pengetikan komputer yang hingga kini berjalan dan berubah menjadi toko komputer yang cukup besar. Setelah sukses mendirikan usaha rental pengetikan komputer, abang membuka usaha konter handphone dan pulsa yang berlangsung tidak begitu lama, karena abang menggantinya dengan usaha pangkas rambut pria. 

Abang melakukan itu semua dengan mengorbankan perkuliahannya yang ia cutikan selama 5 tahun. Ia bertekad untuk tidak hanya mencukupi nafkah keluarga, namun memberikan yang terbaik untuk melihat senyuman Ibu dan saudara-saudara yang begitu disayanginya. 

Pernah suatu hari, sepupu abang memberikan undangan ulang tahun ke-17, yang hanya bisa diikuti oleh orang dewasa. Kedua adik kembarnya sedih karena tidak diperbolehkan ikut. Akhirnya, abang mengalah untuk tidak ikut dan mengajak adik kembarnya jalan-jalan dengan motornya. Ketika dalam perjalanan pulang, mereka kehujanan hingga basah seluruh tubuh. Esoknya, abang sakit. Betapa sayang abang pada adik-adiknya, hingga rela mengorbankan kesehatan dirinya. 

Jika kedua adik kembarnya sedang mengunjungi toko komputer abang di Duren Sawit, Jakarta Timur, abang selalu menyediakan makanan untuk mereka. Seringkali abang menawarkan makanan yang enak dan mahal, yang diutamakan untuk kedua adik kembarnya. Bahkan, terkadang abang memilih membeli makan yang lebih sederhana agar ‘si kembar’ bisa makan enak.

Walaupun dirinya tak sempurna, walaupun sikapnya tak selalu manis, walaupun terkadang amarahnya bisa menyakiti hati, abang tetap menjadi pelindung bagi keluarganya. Walaupun orang lain berusaha menjatuhkannya, ia tetap berdiri untuk menghalau rasa takut orang-orang terkasihnya. 

Jika di dunia ini ada hari kakak, tentu adik-adiknya akan mendedikasikan sepenuhnya untuk kakak sulung mereka ini, Bang Dennis. Hari ayah pun, pantas didedikasikan untuk abang sebagai ayah kedua bagi ke-10 adiknya. Bagi mereka, kehidupan tanpa abang akan sangat terasa ombang-ambingnya yang belum tentu mereka sanggup melewati. 

Bagi keluarganya, abang tak hanya sekadar kakak tertua, tetapi abang adalah anugerah dalam hidup mereka.

Oktober 01, 2017

menyikapi-belanja-online


Di era globalisasi ini, teknologi semakin berkembang pesat. Perkembangan teknologi tersebut dapat dilihat dari berbagai hal, terutama gaya hidup manusia.

Perubahan sangat terasa di era 2000-an ini. Manusia yang sebelumnya membangun kehidupan dengan sikap produktif, kini menjadi konsumtif. Penyebabnya tak lain adalah kemajuan teknologi yang semakin memudahkan kebutuhan manusia. Sikap konsumtif ini sangat nampak pada kehidupan masyarakat di negara berkembang, Indonesia contohnya.

Masyarakat Indonesia dikenal sebagai penggemar belanja, terutama wanita. Saya sendiri, sebagai seorang wanita pun merasakannya. Tawaran-tawaran khusus, diskon besar-besaran, potongan harga, hadiah, dan lain-lain menjadikan niat wanita untuk berhemat menjadi pudar. Walaupun dibalik itu membuka lahan bisnis bagi masyarakat Indonesia itu sendiri. Peluang bisnis kini berlimpah ruah, tentunya bisnis online

Maraknya kemunculan online shop tak membuat masyarakat heran. Dengan hal itu, masyarakat tak perlu membuang banyak tenaga untuk memenuhi kebutuhan sandang maupun pangan. Bahkan, kini penjualan rumah, apartemen, dan sebagainya pun marak dipasarkan online.

Sebagai seorang wanita, saya akan memperkecil lagi ruang lingkup belanja online di mata wanita. Apakah itu? Tentunya wanita akan gencar memenuhi kebutuhan sandangnya. Pakaian dan kosmetik, dua hal tersebut sulit untuk dijauhkan dari wanita. 

Mungkin di luar sana, masih banyak wanita yang ragu untuk belanja online karena tak dapat melihat wujud produk secara langsung, dan takut menerima hasil yang megecewakan. Namun, tak sedikit pula wanita yang memilih untuk belanja online, ketika melihat iklan yang dibuat begitu kreativ dan menggiurkan. Endorsement, paid promote, review, katalog, hal-hal tersebut menjadi pemicu utama seorang wanita untuk belanja online.

Disini, saya akan berbagi pengalaman saya berbelanja online. Ketika ingin membeli sesuatu melalui online shop, saya akan mencarinya di media sosial ataupun aplikasi. 

Dengan yakin, saya menyatakan bahwa saya orang yang berhati-hati, karena saya selalu mengamati review, rating, endorsement, pada suatu produk yang ingin saya miliki. Sejauh ini, saya selalu belanja dengan aman, produk saya sampai dengan selamat. Namun, beberapa kali setelah saya menerima produk-produk yang saya beli, saya menyadari kesalahan saya. 

Review dan rating yang baik, belum tentu membuat online shop tersebut luput dari kelalaian, atau kekecewaan customer. Apalagi endorsement, yang merupakan jelmaan dari paid promote masa kini. 

Walaupun suatu online shop memiliki endorsement dari tokoh publik ternama, tak membuat produk itu sangat layak untuk kita beli. Karena, mereka melakukan hal tersebut tidaklah gratis. Tokoh publik yang menerimanya pun harus melakukan endorsement sebaik mungkin, karena itu salah satu mata pencaharian mereka di era globalisasi ini.

Beberapa kali saya terkecoh dengan online shop ternama, yang telah memiliki banyak sekali pelanggan. Bahkan, online shop yang sering kali saya pilih untuk berbelanja dapat mengecoh saya. Memang, produk itu aman sampai pada tangan saya. 

Namun, yang ingin saya bahas kali ini adalah wujud asli dan kualitasnya. Pakaian, kosmetik, dan aksesoris smartphone dari toko yang dengan percaya diri menyatakan “trusted” mengecewakan saya. Bukan hal yang aneh mereka dapat meraup banyak keuntungan dari pelanggan yang membludak, karena pada masa perintisan mereka memberikan kualitas yang lebih dari kata “sangat baik”. 

Konsistensi itu menurun, dan banyak sekali pelanggan yang mengabaikan hal itu karena toko telah memiliki nama yang besar. Stock produk yang cepat sekali menipis, membuat proses produksi terburu-buru dan luput dari pengecekan kualitas. “Tenang saja, pasti sampai” itulah kata-kata andalan mereka.

Bagaimana menyikapinya? Ketelitian dan keyakinan. Lakukan pengecekan review dan rating berkali-kali, walaupun kita sering kali belanja pada online shop tersebut. Teliti akan detail, pastikan detail produk sesuai dengan kebutuhan kita. 

Sebelum membeli, tak ada salahnya memastikan kondisi produk pada customer service atau admin dari online shop yang telah dipilih. Abaikan saja keterangan mengenai “chat yang akan dibalas adalah yang sesuai dengan format”. Hei! Kita adalah pembeli, memastikan kondisi itu adalah hak, dan online shop yang telah dipilih itu pun belum tentu tak akan memberi respon. 

Bagaimana jika mereka tidak memberi respon? Cari online shop lain, dengan hal itu memudahkan kita untuk mengetahui kualitas online shop tersebut. Apabila terlanjur menerima produk dengan kualitas yang mengecewakan, jangan ragu untuk memberi kritik pada online shop tersebut agar mereka memperbaiki kesalahannya dan tak ada lagi pelanggan yang kecewa.

Pelayanan adalah prinsip nomor satu dalam berbelanja. Buang jauh-jauh rasa takut dan rasa terintimidasi hanya karena online shop tersebut memiliki nama besar. Mereka tak akan maju jika tak  ada pembeli. Selain itu, apabila kita memiliki waktu luang, utamakan belanja secara langsung dengan mengunjungi toko di sebuah pusat perbelanjaan.

Keyakinan juga menjadi hal yang penting. Yakin akan kualitas, harga, dan kebutuhan. Hindari membeli barang dengan jumlah berlebih hanya karena iming-iming menghemat biaya kirim ataupun diskon besar-besaran.

Jadilah pembeli yang bijak. Kurangi sikap konsumtif. Budayakan membeli produk lokal agar kita ikut berpartisipasi dalam kemajuan ekonomi masyarakat Indonesia.